News Ticker

image slider by WOWSlider.com v9.0

Your Guardian Season 2 Part 1: Trauma Batin


Kejadian 7 tahun yang lalu membuatku trauma sampai sekarang, sehingga membuatku menjadi orang yang sangat pendiam. Di setiap tidurku, aku terus teringat akan kejadian itu. Merry seakan berteriak terus-menerus dalam hati ini setiap malam. Aku merasa sangat-amat bersalah akan kematian Merry 7 tahun yang lalu. Oh, kenapa dulu aku tidak tanggap saat itu? Bodohnya aku, bodohnya!

Keadaan ini yang membuatku putus pendidikan hanya sampai SMA, tidak sampai kuliah. Aku takut kuliah hanya menambah berat beban hidupku. Saat ini aku hanya sebagai seorang penjaga toko ibuku yang selalu buka jam 6 pagi dan tutup jam 10 malam. Dan tentunya sambil mencari pekerjaan untuk memperbaiki ekonomi keluarga.

Pada hari itu, tepatnya pada hari Rabu itu, aku mendapat sebuah telepon dari seorang yang tidak dikenal. Aku mengangkat telepon itu dan aku tertegun karena yang menelepon aku itu adalah seorang direktur perusahaan besar yang tentunya terkenal di Indonesia. Dia mengatakan dia kagum dengan video-video animasi di YouTubeku. Ya, selain aku membantu ibuku, aku juga seorang YouTuber. Aku menjadi seorang YouTuber untuk menambah penghasilan, ya, YouTube kan bisa 'diuangkan'.

Sang direktur meminta aku menemuinya besok malam pukul 7. Keesokan harinya aku menemuinya pukul 7 malam, sesuai perjanjian sebelumya. Ternyata sang direktur memerlukan seorang animator untuk perusahaannya. Aku mengungkapkan bahwa aku cuma lulusan SMA, tapi kelihatannya sang direktur tidak memedulikan lulusan apa aku. Bahkan, sang direktur menawarkan sejumlah gaji yang cukup besar kepadaku. Tapi aku meminta ijin terlebih dahulu untuk memikirkannya. Akhirnya sang direktur memberikan aku waktu 3 hari untuk berpikir. Aku meng-iya-kan.

Setelah ngobrol cukup lama, aku pulang pukul 10 malam. Sampai di rumah pukul 11 malam. Sepi sekali kampungku itu. Ya, perusahaanya kan jauh, jadi perlu waktu tempuh perjalanan yang cukup lama. Setelah aku masuk, aku disambut oleh ibuku yang masih melihat TV saat itu. Ibuku bertanya penuh penasaran,

"Nak, tadi kenapa kamu disuruh ke perusahaan itu?"
"Tadi diajak berbincang-bincang sama direktur, bu."
"Ngomongin apa aja emangnya kok sampai malam gini?"
"Ini bu, aku diajak untuk bergabung ke perusahaannya sebagai animator. Apa ibu setuju?"
"Ya, terserah kamu. Gajinya bagaimana?"
"Lumayan gede sih, bu."
"Ya udah, asal kamu merasa nyaman ya ibu setuju-setuju aja."
"Lah, toko ibu gimana?"
"Toko itu mah gampang. Ibu bisa pegang sendiri."
"Yakin ibu masih kuat?"
"Masih kok. Ya udah, cepat tidur. Besok bantu ibu beli sayur di pasar."
"Siap bu."

Keesokan harinya aku menjalani hari dengan biasa saja, tentunya sambil memikirkan keputusanku, apakah ikut perusahaan itu atau tidak. Karena banyak pertimbangan yang harus aku pikirkan, dari urusan batin sampai urusan Ibu yang sendirian menjaga toko. Mengingat Ayah sudah meninggal 3 tahun lalu karena penyakit kanker paru-paru yang sudah bersemayam di tubuhnya selama 6 tahun.

Aku memikirkannya siang dan malam, dan aku mendapatkan sebuah keputusan, bahwa aku harus menolak tawaran sang direktur. Aku menelepon sang direktur malam sekali, ya sekitar pukul setengah 12 malam. Beruntung sang direktur mengangkatnya. Aku menceritakan keadaan Ibu yang sendirian di rumah dan memberitahukan bahwa aku menolak tawarannya. Sang direktur memintaku untuk memikirkan keputusanku kembali. Sang direktur memberiku kesempatan 2 hari lagi agar aku memikirkan keputusanku kembali. Kelihatannya perusahaan itu sangat memerlukan seorang animator. Ya, akhirnya aku memutuskan untuk memikirkannya kembali.

Besoknya, aku membantu ibuku menjaga toko. Aku hanya termenung karena memikirkan masalah itu. Ibuku kelihatan kebingungan melihat aku sehingga Ibu mencolek aku.

"Hayo ngelamun. Ga boleh ngelamun gitu dong, ga baik."
"Eh, Ibu. Iya bu."
"Emangnya kenapa toh kamu ngelamun? Cerita sama Ibu."
"Ya, masalah kerjaan itu bu."
"Emangnya kenapa?"
"Ya, aku bimbang bu."
"Kenapa kok bimbang, nak?"
"Ya... aku mikir bu, kalau aku kerja nanti Ibu sama siapa di toko?"
"Ah, masalah mudah itu. Ibu bisa kok kerja sendiri. Toh ya toko ini tidak terlalu ramai. Gini ya nak, kalau kamu mau menggapai cita-cita, ya udah, capai aja, Ibu ga usah kamu lihat. Ibu tau sebenarnya kamu ingin sekali kerja di bidang itu kan? Lakukan, kalau ga Ibu marah."
"Ya udah deh, bu."

Beban pikiranku semakin berat. Aku harus memikirkan ini sendirian. Dua hari yang penuh dilema.

-- Bagaimana kelanjutannya? Apakah si Aku akan menerima tawaran kerjanya atau malah tetap menolaknya? Stay tune terus di Michael David Blog!

Komen dong h3h3h3h3

10 Komentar

  1. Waahhh berkelanjutan ternyata ah dibuat penasaran gini ya. Kalau saran boleh ditampung sebaiknya diterima saja karena sayang sekali tawaran sebagus gitu. Atau kalau masih keberatan, negosiasi saja supaya hati gak kebeban juga. Jadi dengan adanya negosiasi, perusahaan untung, si aku pun juga untung jiahahaha ;')

    willynana.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya... dilihat aja minggu depan (02/09/2017) ya... :D

      Hapus
  2. Lu jaga warung apa ngabisin jajan di warung?

    BalasHapus
  3. wah samaan kita sob, gue juga lagi nerusin series gue. hahah..

    keren ceritanya, tapi kesannya terlalu singkat yah plot nya. atau karena tulisan ente yang ringan jadi nggak berasa bacanya. berarti keren lah. keren.

    btw, inspirasi dari mana nih ceritanya?

    by: https://tmarsyam.blogspot.co.id/2017/08/zona-baru-junaed-bikin-dipepet.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha thank you :D

      Hmm.. sampai saat ini masih pemikiran sendiri sih :)

      Hapus
  4. Inspiratif banget ceritanya mas. Gini nih cowok yang bisa dijadiin pendamping hidup. Sayang ibunya. #eh. haha

    BalasHapus

*Dengan ngasih komentar, artinya kamu setuju sama peraturan (TOS) blog ini loh ya :D.