News Ticker

image slider by WOWSlider.com v9.0

Your Guardian Season 2 Part 3: Antara Aku, Kamu, dan Flashdiskmu


Dia membisikkanku cara untuk mendekatinya. Ow, mudah ternyata. Jadi, katanya, dia itu orangnya friendly dan ramah pada siapapun, asal orang tersebut berani dekatin dia duluan. Okelah, waktunya memikirkan kapan saatnya yang tepat buat deketin dia.

Tepatnya jam 5 sore, aku dipanggil oleh pak direktur. Dia minta dirancangin semacam video bumper yang bakal ditayangin di event besar perusahaan tempat aku bekerja. Ia memberikan sebuah flashdisk yang ternyata milik sang sekretaris kepadaku yang digunakan untuk tempat menyimpan hasil kerjaku. Tak lupa pula ia memberitahukan kepadaku agar aku memberikan hasilnya melalui sang sekretaris. Katanya, yang bakal memeriksa adalah sekretarisnya. Nah, ini kesempatan yang bagus.

Aku membuat video bumper yang dimaksud oleh pak direktur. Ya, aku membutuhkan waktu 1 jam sama render 30 menit. Jadi totalnya 2 jam. Lho, kok bisa 2 jam? Karena flashdisknya sembunyi alias hilang! Aku cari selama 30 menit, eh ternyata ada di kantong bajuku. Teledornya diriku.

Setelah itu, jam makan siang. Aku meninggalkan komputerku dengan kondisi menyala. Setelah makan siang, aku segera menuju ke komputerku dan alangkah terkejutnya komputerku terinfeksi malware! Komputerku baru saja dipakai oleh orang lain. Sial! Segera aku meng-scan komputer juga flashdisk milik sang sekretaris. Anehnya, malwarenya tidak terdeteksi di flashdisk. Ya, harap-harap cemas, semoga malwarenya ga sampai di flashdisk milik sang sekretaris.

Aku segera memberikan flashdisk itu kepada sang sekretaris. Senyumnya mendebarkan hatiku. Tapi, aku waspada senyumnya itu bisa berubah menjadi amarah yang luar biasa. Yak, kata Febri dia juga orang yang tempramental. Benar prasangkaku. Dia sontak meledakkan amarahnya dan flashdisk itu jadi korban.

"Kamu itu bagaimana sih, flashdisk saya bisa kena virus?! Flashdisk saya itu isinya dokumen-dokumen penting! DASAR BODOH!"

Setelah mengatakan umpatan itu, ia membanting flashdisknya sampai berkeping-keping.

"Pokoknya saya ga mau tau, kembalikan semua dokumen saya, bagaimanapun caranya!"

Aku ga bisa ngomong apa-apa. Hanya bisa tertegun menatap flashdisk yang pecah berkeping-keping. Aku mencari cara agar bisa mengembalikan semua dokumen yang ada di flashdisk yang sudah rusak itu. Yaampun, ini terlalu susah! Aku memikirkannya selama berjam-jam. Ternyata pak direktur terlihat aku sedang ngelamun. Kemudian pak direktur menghampiriku.

"Kamu kenapa kok ngelamun terus? Ayo produktif dong!"
"Eh, iya pak. Ini loh pak, jadi gini ceritanya..."

Aku menceritakan semuanya pada pak direktur. Pak direktur mengerti.

"Kamu pasti bisa menemukan cara yang terbaik untuk mengembalikan situasi ini. Memang kamu tidak bisa mengembalikan semua data yang ada di flashdisk ini. Saya yakin IT Support di kantor ini pun tidak bisa karena flashdisk itu sudah rusak. Tapi, yang bisa kamu lakukan adalah mengembalikan situasi yang buruk ini menjadi situasi yang damai lagi."

Aku mengerti yang dimaksudkan oleh Pak Direktur. Yang dimaksudkannya adalah permintaan maaf. Ya, harap-harap cemas lagi, apakah sang sekretaris mau memaafkanku atau tidak.

"Ya pak, saya mengerti maksud Anda."
"Bagus, sekarang lakukan yang menurutmu terbaik."

Keesokan harinya, aku bertekad untuk meminta maaf padanya. Dia berjalan di depanku, tapi seakan dia tidak menghiraukanku. Aku menyapanya, dan berkata,

"Saya minta maaf ya, mbak. Maaf, saya ga bisa benerin flashdisknya, mbak. Saya harap mbak mau memaafkan saya."

-- Apakah sang sekretaris mau memaafkannya? Penasaran? Tetap di Michael David Blog yaaaa!

Komen dong h3h3h3h3

4 Komentar

  1. Jadi penasaran cerita selanjutnya, kira2 dimaafin tidak iya, sama si mbaknya.

    Untuk direkturnya pengertian iya mas.

    BalasHapus
  2. ah elaaaah penasaran juga gue hehe

    BalasHapus

*Dengan ngasih komentar, artinya kamu setuju sama peraturan (TOS) blog ini loh ya :D.