Halo. Selamat datang di malam puncak kejonesanmu, mblo! Eh, eh, ga usah sedih gitu dong mblo. Lu kira gue gak jones? Tadi itu gue juga nyapa diri gue sendiri! :D
Nah, kali ini gue mau sharing pengalaman baru gue nih, yaitu ikut outbound. Ya, baru-baru aja gue ikut acara yang bener-bener outbound. Kenapa gue bilang gitu? Karena... sebenernya, gue beberapa kali ikut outbound, tapi baru kali ini yang bener-bener kerasa outboundnya. Bisa dikatakan, ini outbound asli. Ya, simak aja lah cerita gue ya.
Gue lupa tepatnya tanggal berapa, yang pasti waktu bulan Januari, sekolah gue mengadakan kegiatan outbound yang wajib diikuti sama setiap siswa. Jadi, mau ga mau ya harus ikut. Jujur aja sih, gue males banget ikut kegiatan ini, entah kenapa.
Malam sebelum hari H, gue menyiapkan semua keperluan yang diperlukan untuk 2 hari di sana. Oh ya, tempatnya ada di Bumi Perkemahan, Tumpang, Malang. Ga tau, ada atau gak di Google Maps, soalnya lokasi ini sungguh terpencil, masuk desa-desa. Lokasinya hijau banget, asri. Memang lokasi ini ada di perbukitan dan hutan. Begitu kita masuk, kita disuruh untuk turun tangga yang tak terhitung anak tangganya untuk menuju ke lokasi. Gue cuma mikir, turunnya enak, naiknya ini nanti yang ga enak. Barang yang gue bawa banyak euy soalnya.
Setelah sekian menit turun tangga, akhirnya kita sampe ke tempat outbound-nya. Kita disuruh nunggu sekian lamanya di ruang tunggu. Ga tau kenapa, yang pasti ada salah satu guru pembimbing yang dicari-cari ga nemu--tapi toh ya nemu sih akhirnya. Setelah disuruh nunggu, kita dikumpulkan sebentar buat pengarahan dan setelah itu kita disuruh milih sendiri tempat tidur kita. Satu kamar kurang lebih bisa diisi 10 orang. Di kamar itu ga ada kasur, cuma disediain karpet. Untung gue bawa kasur yang bisa dilipet-lipet, jadi paling gak gue tidur lebih nyenyak dari temen-temen gue.
Setelah sekian menit kita menyiapkan kamar kita, kita dipanggil sama kakak pembina untuk segera turun dan ikut outbound. Kita dikumpulkan di ruang makan yang letaknya tepat di bawah kamar-kamar, dan digiring ke sebuah lapangan yang gak terlalu besar untuk mengikuti game pertama, yaitu mainan tepung.
Oke, kotor-kotoran pun dimulai.
Singkat cerita, setelah mainan pertama itu, kita dibagi rute per kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya saat di sekolah. Untungnya, kelompok gue kena rute yang enak, alias gak muter-muter. Tapi ya gitu, medannya luar biasa menantang. Kita harus ngelewati jalan super kecil yang kalau dihitung cuma sejengkal menuju jurang yang dalam. Ngerti kan maksud gue? Jadi, kalau jalan itu kudu super hati-hati, karena sejengkal di sebelah kanan kita itu udah jurang. Belum lagi yang jalannya itu lubang-lubang. Jadi, kalau kaki udah terjerumus di sana, bakal susah dan kagetnya itu yang setengah mati. Sampai-sampai ada satu temen anak IPS yang ga kuat nahan ketakutannya saat lewat jalan itu sampai mukanya pucet dan ngeluarin keringet dingin. Ya, untungnya cewek, wajar. Kalau cowok, malu-maluin, men!
Game pertama selesai, game kedua selesai, sampai pada salah satu game yang mengharuskan kita lewat 2 buah jembatan yang udah lumayan ringsek keadaannya. Cuma terbuat dari beberapa bambu yang panjang. Usut punya usut, memang jembatan itu digunakan cuma buat darurat aja. Gue sempet mikir, justru jembatan yang rusak dibuat cuma untuk keadaan darurat, bukan jembatan yang baik. Gue sampe bingung mindset para penduduk di sana. Apa gak tambah bahaya gitu pake jembatan darurat kayak gitu, wahai para penduduk yang cerdasnya luar biasa? :v
Lanjut.
Satu jembatan lumayan layak buat dilewati. Nah, ini yang jadi masalah, satu jembatan yang lain itu udah parah. Kalau ga salah cuma ada 3 buah bambu yang masih bisa dipakai dari 7 bambu. Jadi, 4 yang lain itu udah rusak alias patah. Untung masih ada satu pegangan tangan yang lumayan bisa diandalin. Gue lewat dengan penuh kehati-hatian. Sampailah gue pada titik yang paling berat, yaitu ujung jembatan. Itu ngerinya luar biasa sodara-sodara. Itu jarak antara ujung jembatan sama tanahnya itu lumayan jauh, sementara kedua kaki gue 'salah tapak' jadi gue ga bisa ke mana-mana itu ceritanya. Tapi untung ada salah satu temen gue yang nyalinya lebih besar dari gue yang nolong gue saat itu. Thank you, friend!
Tak lama setelah gue berhasil ngelewati jembatan-jembatan itu, gue denger kabar kalau di jembatan kedua yang ringsek luar biasa itu salah satu bambunya patah saat dilewati salah satu temen gue; tapi untungnya yang tengah yang patah, jadi kakinya kejepit di sana alias ga sampe jatuh ke sungai. Oh betapa beruntungnya gue karena itu gak kejadian di gue :v.
Setelah melewati beberapa permainan kembali, kita diajak untuk melewati sebuah sungai yang ya... menurut gue lumayan deres arusnya. Dan, bagian dasar dari sungai itu bukan tanah yang kayak tanah di daratan, tapi kayak pasir hisap gitu. Gue gak tau pasti itu memang bener pasir hisap atau bukan, yang pasti tanah yang di bawah sungai itu berusaha nenggelemin gue yang ga bisa renang.
Ya, gue memang ga bisa renang dari dulu, entah kenapa. Gue juga bingung, kenapa otak gue selalu mendadak nge-hang setiap saat diajari renang.
Singkat cerita, outbound-pun selesai dan kita dipersilahkan untuk mencuci diri dan mempersiapkan diri untuk kegiatan selanjutnya. Yang pertama adalah makan malam. Kita cuma disediain nasi dan mie setempeh buat dimakan bareng-bareng sekelompok. Setelah itu, kegiatan selanjutnya adalah game-game kecil. Habis kegiatan itu, yang seharusnya dilakukin itu adalah jurit malam. Cuma, karena keadaan alam yang ga memungkinkan alias pada saat itu hujan deres, akhirnya gak jadi. Hah, syukurlah.
Mike, lu takut jurit malam?
Takut, tapi bukan sama kegelapan atau hantu-hantu yang di sana. Kalau masalah itu, gue sama sekali gak takut. Gue lebih takut kalau gue tersesat di sana. Soalnya, hutan di sana itu rindang banget. Apalagi ditambah medan yang terjal dan licin kayak gitu, sementara itu kita cuman dibekali sebuah senter untuk penerangan.
Setelah kegiatan malam itu, kita dipersilahkan untuk istirahat.
Hari kedua. Sebenernya, gue udah kebangun jam 5 pagi, cuma karena ketiduran lagi, akhirnya gue terbangun jam 6 pagi. Pagi itu gue bersiap-siap, kemudian makan pagi, terus kegiatan game kecil lagi. Setelah itu, kita semua pulang, balik ke Surabaya.
Itulah pengalaman gue ikut outbound di Malang. Sebenernya masih ada beberapa kejadian-kejadian yang seru nan lucu yang gue dan temen-temen gue alami. Kalau mau tau, tanya ke gue langsung aja yak! :D
Oh ya, ada lagi satu kejadian mistis yang gue alami di sana. Tapi, males ah gue tulis di sini. Biar kalian merasa penasaran gitu... hehehehe :v.
Oke, sampai di sini aja postingan kali ini. Sampai ketemu di malam minggu ngenes selanjutnya. CAO~
Setelah sekian menit turun tangga, akhirnya kita sampe ke tempat outbound-nya. Kita disuruh nunggu sekian lamanya di ruang tunggu. Ga tau kenapa, yang pasti ada salah satu guru pembimbing yang dicari-cari ga nemu--tapi toh ya nemu sih akhirnya. Setelah disuruh nunggu, kita dikumpulkan sebentar buat pengarahan dan setelah itu kita disuruh milih sendiri tempat tidur kita. Satu kamar kurang lebih bisa diisi 10 orang. Di kamar itu ga ada kasur, cuma disediain karpet. Untung gue bawa kasur yang bisa dilipet-lipet, jadi paling gak gue tidur lebih nyenyak dari temen-temen gue.
Setelah sekian menit kita menyiapkan kamar kita, kita dipanggil sama kakak pembina untuk segera turun dan ikut outbound. Kita dikumpulkan di ruang makan yang letaknya tepat di bawah kamar-kamar, dan digiring ke sebuah lapangan yang gak terlalu besar untuk mengikuti game pertama, yaitu mainan tepung.
Oke, kotor-kotoran pun dimulai.
Singkat cerita, setelah mainan pertama itu, kita dibagi rute per kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya saat di sekolah. Untungnya, kelompok gue kena rute yang enak, alias gak muter-muter. Tapi ya gitu, medannya luar biasa menantang. Kita harus ngelewati jalan super kecil yang kalau dihitung cuma sejengkal menuju jurang yang dalam. Ngerti kan maksud gue? Jadi, kalau jalan itu kudu super hati-hati, karena sejengkal di sebelah kanan kita itu udah jurang. Belum lagi yang jalannya itu lubang-lubang. Jadi, kalau kaki udah terjerumus di sana, bakal susah dan kagetnya itu yang setengah mati. Sampai-sampai ada satu temen anak IPS yang ga kuat nahan ketakutannya saat lewat jalan itu sampai mukanya pucet dan ngeluarin keringet dingin. Ya, untungnya cewek, wajar. Kalau cowok, malu-maluin, men!
Game pertama selesai, game kedua selesai, sampai pada salah satu game yang mengharuskan kita lewat 2 buah jembatan yang udah lumayan ringsek keadaannya. Cuma terbuat dari beberapa bambu yang panjang. Usut punya usut, memang jembatan itu digunakan cuma buat darurat aja. Gue sempet mikir, justru jembatan yang rusak dibuat cuma untuk keadaan darurat, bukan jembatan yang baik. Gue sampe bingung mindset para penduduk di sana. Apa gak tambah bahaya gitu pake jembatan darurat kayak gitu, wahai para penduduk yang cerdasnya luar biasa? :v
Lanjut.
Satu jembatan lumayan layak buat dilewati. Nah, ini yang jadi masalah, satu jembatan yang lain itu udah parah. Kalau ga salah cuma ada 3 buah bambu yang masih bisa dipakai dari 7 bambu. Jadi, 4 yang lain itu udah rusak alias patah. Untung masih ada satu pegangan tangan yang lumayan bisa diandalin. Gue lewat dengan penuh kehati-hatian. Sampailah gue pada titik yang paling berat, yaitu ujung jembatan. Itu ngerinya luar biasa sodara-sodara. Itu jarak antara ujung jembatan sama tanahnya itu lumayan jauh, sementara kedua kaki gue 'salah tapak' jadi gue ga bisa ke mana-mana itu ceritanya. Tapi untung ada salah satu temen gue yang nyalinya lebih besar dari gue yang nolong gue saat itu. Thank you, friend!
Tak lama setelah gue berhasil ngelewati jembatan-jembatan itu, gue denger kabar kalau di jembatan kedua yang ringsek luar biasa itu salah satu bambunya patah saat dilewati salah satu temen gue; tapi untungnya yang tengah yang patah, jadi kakinya kejepit di sana alias ga sampe jatuh ke sungai. Oh betapa beruntungnya gue karena itu gak kejadian di gue :v.
Setelah melewati beberapa permainan kembali, kita diajak untuk melewati sebuah sungai yang ya... menurut gue lumayan deres arusnya. Dan, bagian dasar dari sungai itu bukan tanah yang kayak tanah di daratan, tapi kayak pasir hisap gitu. Gue gak tau pasti itu memang bener pasir hisap atau bukan, yang pasti tanah yang di bawah sungai itu berusaha nenggelemin gue yang ga bisa renang.
Ya, gue memang ga bisa renang dari dulu, entah kenapa. Gue juga bingung, kenapa otak gue selalu mendadak nge-hang setiap saat diajari renang.
Singkat cerita, outbound-pun selesai dan kita dipersilahkan untuk mencuci diri dan mempersiapkan diri untuk kegiatan selanjutnya. Yang pertama adalah makan malam. Kita cuma disediain nasi dan mie setempeh buat dimakan bareng-bareng sekelompok. Setelah itu, kegiatan selanjutnya adalah game-game kecil. Habis kegiatan itu, yang seharusnya dilakukin itu adalah jurit malam. Cuma, karena keadaan alam yang ga memungkinkan alias pada saat itu hujan deres, akhirnya gak jadi. Hah, syukurlah.
Mike, lu takut jurit malam?
Takut, tapi bukan sama kegelapan atau hantu-hantu yang di sana. Kalau masalah itu, gue sama sekali gak takut. Gue lebih takut kalau gue tersesat di sana. Soalnya, hutan di sana itu rindang banget. Apalagi ditambah medan yang terjal dan licin kayak gitu, sementara itu kita cuman dibekali sebuah senter untuk penerangan.
Setelah kegiatan malam itu, kita dipersilahkan untuk istirahat.
Hari kedua. Sebenernya, gue udah kebangun jam 5 pagi, cuma karena ketiduran lagi, akhirnya gue terbangun jam 6 pagi. Pagi itu gue bersiap-siap, kemudian makan pagi, terus kegiatan game kecil lagi. Setelah itu, kita semua pulang, balik ke Surabaya.
Itulah pengalaman gue ikut outbound di Malang. Sebenernya masih ada beberapa kejadian-kejadian yang seru nan lucu yang gue dan temen-temen gue alami. Kalau mau tau, tanya ke gue langsung aja yak! :D
Oh ya, ada lagi satu kejadian mistis yang gue alami di sana. Tapi, males ah gue tulis di sini. Biar kalian merasa penasaran gitu... hehehehe :v.
Oke, sampai di sini aja postingan kali ini. Sampai ketemu di malam minggu ngenes selanjutnya. CAO~
0 Komentar
*Dengan ngasih komentar, artinya kamu setuju sama peraturan (TOS) blog ini loh ya :D.