News Ticker

image slider by WOWSlider.com v9.0

Full Day School di SD, Perlu?


HEYOW! Akhirnya bisa ketemu sama kalian semua. Sebelumnya, gue mau minta maaf, minggu lalu Meong mendadak sakit jadi gak bisa ngisi blog ini. Slot update dia gue kasih minggu depan ya. So, minggu depan jangan lupa buat buka dan baca blog ini lagi yak! :D

Baik, mari kita masuk ke postingan kali ini.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya waktu pulang sekolah jam 4 sore, gue melewati sebuah sekolah dasar negeri yang rupanya memberlakukan full day school. Gue merasa miris ketika gue melihat ada seorang anak kecil yang pulang sendirian, berjalan, pada jam 4 sore. Dan, gue mulai berpikir, ini gak baik bagi anak SD sekecil dia. Mungkin dia merasa gapapa, tapi bakal ada dampak jangka panjang yang ia tidak sadari, dan tentu ini sangat berbahaya bagi dia.

Seorang anak kecil khususnya anak SD, seharusnya memiliki banyak waktu untuk keluarga dan teman. Gue yakin, anak SD yang gue lihat, begitu pulang langsung kerja tugas dan belajar sampai larut malam. Terus, kapan waktu sama keluarga dan teman? Waktu hari Sabtu & Minggu? Perlu diingat, 'hubungan' itu penting, dan tidak dapat dibangun hanya dengan waktu seminggu dua kali!

Belum lagi dengan tenaga yang dia punya. Meskipun dia adalah anak kecil yang punya segudang energi, tapi tetep aja dia punya batasan energi. Ga bisa tenaganya di-los sampai larut malam hanya untuk mengejar nilai di sekolah. Dan menurut gue ini sangat amat non sense banget, bersekolah untuk mengejar nilai.

Mungkin gue adalah salah satu penolak paling keras dari gerakan full day school, tapi gue gak menyuarakan suara gue sendiri. Gue yakin banyak sekali murid-murid dari SD-SMA yang menolak full day school.

Gue sangat mengapresiasi langkah Presiden kita, Pak Joko Widodo untuk membatalkan Permendikbud soal full day school. Tapi kok ya masih banyak sekolah yang tetap memberlakukan full day school. Jujur, gue merasa sangat miris. Secara, pendidikan dan pembinaan karakter utama yang di-enyam seorang anak adalah di rumah, bukan di sekolah. Sekali lagi, BUKAN DI SEKOLAH. Orang tuanya sendiri lah yang harus bertanggung jawab atas hal-hal (pengetahuan) yang harus diketahui oleh anaknya. Selain itu, hanya orang tua sendiri yang mengerti gaya mendidik anak yang sesuai dengan karakter anaknya.

Postingan kali ini murni pendapat gue sendiri. Kalian terserah mau setuju atau gak, gue gak memaksa. Setuju baik, gak setuju ya sudah. Perlu diingat, di Indonesia sangat menjamin kebebasan bersuara, jadi gue berhak dong nulis ini di blog gue, selama gak nyalahin peraturan yang ada?

Baik, segini aja postingan kali ini. Seperti yang gue janjikan di awal, minggu depan Meong yang bakal ngisi blog ini. So, thank you for reading and have a nice Saturday!

Komen dong h3h3h3h3

0 Komentar