Kemaren (17/05/2019), gue buka LINE, terus baca chat dari LINE Today yang sengaja gue mute (maap ya LINE wkwkwkwkwk :v). Di situ ada berita kalau ada satu siswa berprestasi di UN yang ga dilulusin sama sekolahnya gara-gara nentang kepseknya. Mungkin yang punya LINE tau ya tentang berita ini.
Kita tau kalo kita ini hidup di Indonesia yang manut sama paham demokrasi. Di paham demokrasi ini, kita dibebaskan untuk berpendapat. Tapi, tentunya dengan batas-batas yang wajar.
Nggak, gue gak bilang kalo si siswa ini gak wajar. Gue bilang kalo siswa ini wajar. Protes dengan orang yang lebih tinggi dari kita itu gak salah dan gak ada yang ngelarang. Justru yang ngelarang itu yang salah. Secara gak langsung, dia yang ngelarang itu ngelanggar hak orang lain buat bersuara.
Oke, apa yang kalian pikirkan tentang secuplik kalimat dari Tribunnews ini? Yang salah siapa?
Satu lagi.
Gimana, menurut kalian siapa yang salah?
Menurut gue, si Aldi ini sebenernya ga bersalah. Netijen, please jangan victim blaming. Memang, sebuah aturan itu dibuat untuk menertibkan. Tapi, alangkah baiknya kalo peraturan itu dibuat dengan memperhatikan sikon. Alangkah baiknya kalo peraturan dibuat itu gak terlalu saklek. Apalagi, cara mendisiplinkan orang itu ya gak kayak begitu kerasnya. Sepengetahuan dan sepenglihatan gue nih, orang-orang yang didisiplinkan dengan cara yang begitu keras justru akan terus berontak.
Gue sebenernya bingung sama si Kepsek. Gue bingung sama mindset-nya. Apakah di dalam mindset-nya orang tua gak boleh dilawan, dikritisi, atau gimana. Kalo emang iya, berarti mindset-nya salah. Berarti beliau harus belajar lebih buat jadi kepala sekolahnya anak-anak muda yang terbuka pemikirannya. Bukannya gue mau memojokkan beliau sebagaimana beliau memojokkan Aldi di depan temen-temen dan guru-gurunya saat berhasil ngumpulin 200 kawan-kawannya yang setuju dengan pendapatnya, tapi gue mau menyadarkan beliau. Kepsek itu bukan tuhan, Pak. Jadi, alangkah baiknya kalo memang merasa Anda senior dan punya kedudukan, dengarkanlah suara-suara yang ada di bawah Anda. Kalo mau berkata kasar, Anda ya hidup dari uang-uang mereka, lho.
Postingan ini gue buat atas pendapat dan pemikiran gue. Kalian boleh setuju dan gak setuju. Tapi, gue mau bilang, jangan laku'in victim blaming ke dia. Dia bener-bener gak salah. Dia itu korban. Dia adalah seseorang siswa yang berani menyuarakan suara yang sebenernya bukan suara dia sendiri, tapi juga suara temen-temennya--dan itu baik.
Sampe di sini dulu postingan kali ini. Sampai ketemu di postingan selanjutnya. Babai~
Nggak, gue gak bilang kalo si siswa ini gak wajar. Gue bilang kalo siswa ini wajar. Protes dengan orang yang lebih tinggi dari kita itu gak salah dan gak ada yang ngelarang. Justru yang ngelarang itu yang salah. Secara gak langsung, dia yang ngelarang itu ngelanggar hak orang lain buat bersuara.
Kejadian bermula pada 22 Januari 2019 lalu saat Aldi Irpan membela temannya yang dinyatakan melanggar peraturan sekolah.
Bukan karena bertindak badung, temannya ini hanya mengenakan jaket di lingkungan sekolah lantaran cuaca di Sembalun yang terletak di kaki Gunung Rinjani begitu dingin.
Kedinginan, teman Aldi Irpan yang bernama Holikul Amin tetap nekat mengenakan jaket dan malah kena lempar bak sampah oleh kepala sekolah karena dianggap tak mau menurut. -- bangka.tribunnews.com
Oke, apa yang kalian pikirkan tentang secuplik kalimat dari Tribunnews ini? Yang salah siapa?
Satu lagi.
Aldi Irpan juga pernah malayangkan protes kepada pihak sekolahnya karena banyak siswa yang dipulangkan gara-gara terlambat masuk.
Padahal, di tengah cuaca musim hujan, kondisi jalanan di Sembalun tertimbun longsor sehingga menyebabkan lalu lintas terhambat.
Dampaknya, Aldi Irpan dan sejumlah temannya justru dipanggil ke ruang kepala sekolah gara-gara status Facebook ini. -- bangka.tribunnews.com
Gimana, menurut kalian siapa yang salah?
Menurut gue, si Aldi ini sebenernya ga bersalah. Netijen, please jangan victim blaming. Memang, sebuah aturan itu dibuat untuk menertibkan. Tapi, alangkah baiknya kalo peraturan itu dibuat dengan memperhatikan sikon. Alangkah baiknya kalo peraturan dibuat itu gak terlalu saklek. Apalagi, cara mendisiplinkan orang itu ya gak kayak begitu kerasnya. Sepengetahuan dan sepenglihatan gue nih, orang-orang yang didisiplinkan dengan cara yang begitu keras justru akan terus berontak.
Gue sebenernya bingung sama si Kepsek. Gue bingung sama mindset-nya. Apakah di dalam mindset-nya orang tua gak boleh dilawan, dikritisi, atau gimana. Kalo emang iya, berarti mindset-nya salah. Berarti beliau harus belajar lebih buat jadi kepala sekolahnya anak-anak muda yang terbuka pemikirannya. Bukannya gue mau memojokkan beliau sebagaimana beliau memojokkan Aldi di depan temen-temen dan guru-gurunya saat berhasil ngumpulin 200 kawan-kawannya yang setuju dengan pendapatnya, tapi gue mau menyadarkan beliau. Kepsek itu bukan tuhan, Pak. Jadi, alangkah baiknya kalo memang merasa Anda senior dan punya kedudukan, dengarkanlah suara-suara yang ada di bawah Anda. Kalo mau berkata kasar, Anda ya hidup dari uang-uang mereka, lho.
Postingan ini gue buat atas pendapat dan pemikiran gue. Kalian boleh setuju dan gak setuju. Tapi, gue mau bilang, jangan laku'in victim blaming ke dia. Dia bener-bener gak salah. Dia itu korban. Dia adalah seseorang siswa yang berani menyuarakan suara yang sebenernya bukan suara dia sendiri, tapi juga suara temen-temennya--dan itu baik.
Sampe di sini dulu postingan kali ini. Sampai ketemu di postingan selanjutnya. Babai~
49 Komentar
Saya baru tahu beritanya malah dari artikel ini,.. semoga semua permasalahan bisa diselesaikan dengan damai dan tidak berlarut-larut
BalasHapusAmin. All the best ya mas.
HapusNyimak dulu, semoga permasalahannya cepat selesai dengan damai..
BalasHapusAmin.
HapusSaya jarang baca berita dan tahu dari sini ada yang semacam itu. Peraturan memang dibuat untuk dipatuhi, akan tetapi melihat dengan situasi dan cuaca yang dingin itu, apa salahnya murid memakai jaket agar mereka juga tidak menggigil dan bisa lebih fokus menerima pelajaran kan?
BalasHapusNah..
HapusKasihan murid-murid, bagaimana pun bandelnya murid mereka harus diperhatikan dan didik, tidak begitu saja dihukum.,,banyak pendekatan yang bias dilakukan terhadap murid, dan seorang pendidik jangan pernah dendam terhadap murid, dan membalasnya dengan merusak masa depan depannya
BalasHapusBener, jangan sampe yang seharusnya niatnya mendidik malah ngehancurin masa depan yang dididik.
HapusYaah .. ya seharusnya pihak sekolah bijaksanalah dengan apa yang tengah dialami para siswanya.
BalasHapusContohnya saja diatas ....
Masa iya kalau memang ada bencana tanah longsor sampai-sampai siswanya kesulitan melewatinya dan bikin terlambat datang disekolahnya ..., lantas murid kena sanksi ?.
Ikut berharap semoga hal ini cepat diselesaikan dengan damai dan kedepannya tak terulang lagi.
Nah, harus ada dispensasi..
HapusAmin mas.
kisahnya memang viral, di beranda Fb betebaran memang, padahal kalau di lihat Niat muridnya baik lho,. dan akademik juga bagus
BalasHapusNah, makanya.
Hapuswah kasihan ya siswa nya nggak lulus gara-gara kepala sekolah nya, padahal sebenarnya nilai UN nya bagus. Tapi ya itu tadi kita kembalikan lagi kebijakan kelulusan pada sekolah yang bersangkutan, karena sekarang yang meluluskan adalah pihak sekolah, nggak seperti dulu yang meluluskan adalah hasil nilai UN saja ;)
BalasHapusIya emang, tapi kan ya ga masuk akal gitu menurut gue..
HapusPunya LINE sih tp jarang buka LINE TODAY nya. Hehhehe.
BalasHapusBaru tau nih ttg berita ini. Asli dah kaget. Dari pribadi sy yang blom banyak pengalaman ini, kurang lebih hanya berharap semoga jalan keluar terbaik ditemukan untuk menyelesaikan masalah ini secara BIJAKSANA. :)
Wkwkwkwkkw sama :D.
HapusIya, harus bijaksana. Jangan bijaksini *apaan sih mike :v
Tapi mungkin kita perlu mencari info lebih akurat mas dan berimbang. Kadang kita suka keburu memvonis sesuatu hanya karena info dari satu sisi saja
BalasHapusIya, emang. Tapi berita yang gue dapet udah begini, dan pasti kredibel. Ya, masa iya Line Today nyebarin HOAX. Toh ini juga posting opini saya :D.
HapusBerhubung saya nggak di tempat kejadian pada saat insiden ini terjadi, ya tidak boleh menilai ya. Tapi mungkin kedua belah pihak perlu berpikir mengenai dampak dari tindakan masing-masing. Soal protes lewat facebook, nah ... ini, nih. Mungkin ada baiknya setiap sekolah punya sistem wistleblowing sampai ke tingkat kementrian ya. Jadi komplain tidak perlu publik dan malah membuat yang dikomplain defensif karena mungkin tersinggung.
BalasHapusMenurut saya komplain di publik itu it's okay. Asal dilakukan dengan benar dan sopan. Kalo sampe pihak yang dikomplain tersinggung, ya sebenernya bagus sih. Berarti komplainan kita tepat sasaran wkwkwkwkwk
HapusJika keadilan belum berpihak kepada kebenaran, setidaknya kita harus menyerahkan semuanya dengan yang diatas, adakalanya kebenaran akan selalu menang 😊
BalasHapusIya emang, semua harus diserain ke Atas. Tapi bukan berarti pasrah kan? :D
HapusPerlu diusut dari kemendikbud agar bisa diselesaikan peemasalahn seperti ini. Karena cukup mwncoreng dunia pendidikan di Indonesia
BalasHapusHarusnya.
Hapusseharusnya pihak sekolah lebih bijaksana untuk selesaikan perkara ini agar tidak berlanjutan...
BalasHapusIya mba, pihak sekolah seharusnya lebih bijaksana dan ga ngeluarin kebijakan yang terlalu berlebihan.
Hapusnih tips dari saya kalau mau ketemu kepala sekolahnya.
BalasHapusaldi: siang pak.
kepsek: siang.
aldi: hehe. jadi gini pak. bapak punya pusat, ya?
kepsek: iya. kenapa?
aldi: nggak pak. bapak punya pusat, kan? kalau punya, izinkan saya sedot.
Njijiki asli wowowkowkwkowkokow
HapusSaya nggak tau malah baru tau setelah baca disini
BalasHapusNamun semoga cepat selesai saja
Iya, semoga aja, dan si Aldi bisa lulus.
Hapuswah kirain aldi aku wkwkwkw
BalasHapusperaturan itu emang dibuat harus ditaati. menurutku sih harus ditaati toh untuk melatih kedisiplinan siswa juga :D
just opinion :D
Wah ge'er wokwokwokwokwookw =)).
HapusIya, emang, peraturan itu harusnya ditaati. Tapi kan ya tetep lihat sikon. Ya masa sesuatu hal yang ga mungkin tetep aja diterusin? :D
yang jelas, menjadi kepala sekolah itu tidak gampang :D
BalasHapusIya, saya tau. Karena gak gampang, jangan sampe sembarangan.. :D
HapusGw tau berita tentang ini, tapi gak pernah baca jalan ceritanya. Baru tau gara-gara baca blog mu nak. Ya gimana ya mau komen, gw gak ngerti sih aslinya gimana. Semoga cepet selesai deh permasalahannya. Lagian jaman sekarang jangan aneh-aneh deh. Pasti cepet kesebarnya.
BalasHapusIya om, jangan aneh-aneh... wkwkwkwkkw
HapusBaru tau gue.. jujur dahh.. hihi
BalasHapusTapi gue sih no comment deh.. nggk mau bela siapa2. Cuma bisa doa semoga nggk berlanjut smpe ke hal yang serius dan bisa diselesaikn secara damai dan aman. Aminnn
Amin aja deh :D
Hapussaya baca artikel ini.. intinya ga memihak kemana2.. semoga ada jalanterbaik ya kak
BalasHapusIya, amin :D
Hapusbaru tau masalah ini di sini, dan lumayan miris deh.
BalasHapusMeskipun juga berharap, semoga ke depannya generasi mudah lebih berani menyuarakan pendapat secara lansung juga, gak hanya berani di medsos :)
Tapi emang yang namanya orang tua, terlebih bener2 tua, kadang eh seringnya sih merasa dirinya 'tuhan' *eh :D
Iya sih, jangan cuma berani di medsos aja. Tapi kadang ada keadaan-keadaan tertentu yg nekan jadi ga berani bersuara secara langsung :D
HapusJelas jelas salah kepseknya, masa iya main lempar tong sampah aja itu mah udah kelewatan. Terkadang kita kalo berani ngomong kebenaran ya ada aja hambatannya, makanya banyak orang yang lebih milih diem meski dia tau kebenaran yang sesungguhnya. Tapi saya salut sama si aldi.
BalasHapusSama, ane juga salut sama Bro Aldi :D
Hapusya ini ga ngerti sih permasalahan ny, dan ga mungkin jalan tengahnya utk seggera berdamai :)
BalasHapusDan si Aldi dilulusin.
Hapusbaru denger berita mengenai ini
BalasHapusnggak adil kalo sampai siswanya nggak diluluskan secara sepihak gara gara "dendam semata"
Nah, itu loh..
Hapuskalau di jepang siswa diginiin bisa dicegat yakuza kepala sekolahnya
BalasHapus*Dengan ngasih komentar, artinya kamu setuju sama peraturan (TOS) blog ini loh ya :D.