News Ticker

image slider by WOWSlider.com v9.0

#AskNetijen: Kesehatan atau Ekonomi?


Heyho netijen-netijenku yang budiman! Selamat datang kembali di Michael David Blog. Gimana minggu ini? Semoga baik-baik aja yaa.. Amiiiinnn.

Nah, hari ini gue mau ngebuka ruang diskusi (ciyailah :v) tentang ekonomi dan kesehatan.

Di masa pandemi seperti ini bukanlah hal yang mudah buat pemerintah dalam ngebuat keputusan. Sebenernya gue paham, pemerintah berusaha buat ngutama'in kedua-duanya, yaitu tidak dengan ngasih lockdown ke daerah-daerah tapi ngelaku'in yang namanya PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Tapi ya gimana, harus ada salah satu yang dikorbanin--in my opinion. Kalau mau kesehatan masyarakat yang diutama'in, ya otomatis ekonomi masyarakat harus dikorbanin. Kalau mau ekonomi masyarakat yang diutama'in, ya kesehatan masyarakat harus dikorbanin. Sehingga kita sebenernya diperhadapkan pada 2 pilihan, antara kesehatan atau ekonomi.

Ini pendapat gue:

1. Kalo ekonomi yang diutama'in, kesehatan masyarakat dipertaruhkan. Memang, ekonomi bakal tetap berjalan baik dan lancar tanpa ngalamin yang namanya kejatuhan, tapi pandemi ini bakal secara gila-gila'an nyebar. Sebenernya kalo kesehatan masyarakat kena dampaknya, maka ekonomi pun bakal pelan-pelan jatuh--ya meskipun mungkin gak bakal parah yang gimana.


2. Nah, kalo kesehatan masyarakat yang diutama'in, otomatis ekonomi yang bakal dikorbanin. Kemiskinan, kelaparan, dan kawan-kawannya yang bakalan merajalela. Tapi tetep aja, mungkin bisa jadi kematian akibat kelaparan bakal meningkat tinggi. Kalau mau hal itu gak terjadi, mungkin bantuan dari pemerintah yang menyentuh ke seluruh masyarakat yang terdampak bisa jadi solusi--tapi mungkin itu susah karena luasnya negeri ini dan banyaknya jumlah masyarakat kita, juga kondisi geografis yang ada.


Well, gimana menurut kalian? Harusnya yang diutama'in kesehatan atau ekonomi? Atau bisakah kita ngutama'in keduanya dengan cara yang lebih efektif? Mari berdiskusi di kolom komentar. Siapa tau ada pihak dari pemerintah yang buka postingan ini (#MikeNgarep :v) dan ngebaca diskusi kita sehingga bisa jadi bahan pertimbangan untuk keputusan-keputusan selanjutnya. Gue tunggu! :D

Satu lagi, tolong yang nyambung ya kalo komen h3h3h3h3h3 :v.

Komen dong h3h3h3h3

33 Komentar

  1. Secara pribadi, saya lebih mengutamakan kesehatan. Uang bisa dicari nanti...tapi klo udah sakit..gimana mau cari uang? Tetapi ini memang nggak bisa digeneralisir... Banyak orang yg penghasilannya hanya cukup untuk hidup sehari...ini yang sangat menderita dengan berbagai pembatasan. Solusinya adalah kesetiakawanan sosial... Kalau semua sehat...para tenaga media tidak terlalu kewalahan...para peneliti segera menemukan obat/vaksin/cara penanganan penyakit ini...maka semuanya akan segera berlalu... Cepat atau lambat keadaan akan segera teratasi tanpa harus banyak nyawa berhamburan ke udara....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Bu Lili. Terima kasih buat kunjungannya. Hehe.

      Terima kasih buat tanggapannya. Kita doakan biar semua keadaan ini cepat berlalu dan semuanya kembali berangsur normal. Amin :).

      Hapus
  2. Rada bingung juga jawabannya pilih yang mana, soalnya situasi lagi rumit begini.
    Kalau ngga, dua-duanya baik kesehatan juga ekonomi diatur seimbang sebaik mungkin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, menurut mas gimana tuh cara yang efektif biar kedua-duanya bisa diatur seimbang?

      Hapus
  3. menurut saya nih sob, saya lebih memilih kesehatan karena ekonomi bisa dibangun kembali. untuk masalah yang ekonominya pas2an kan ada negara yang membantu, program2 pemerintah yang ga penting bisa dialihkan dulu ke dana pandemi, selain itu saya juga yakin orang-orang indonesia itu manusianya masih punya hati untuk saling membantu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitu ya.. Terima kasih atas tanggapannya mas :D.

      Hapus
  4. Yaa kesehatan menurutku ....Karena Jiwa yang sehat akan punya pikiran yang sehat pula...😊😊

    BalasHapus
  5. Kesehatan lebih penting, karena itu bisa digunakan cari uang.

    Kalau soal saat ini. Pemerintah fokus mempersiapkan paket kesehatan warganya, data kependudukan dirapihkan secara online, merekam termasuk riwayat sakit, supaya data ini bisa digunakan tenaga medis untuk penanganan termasuk data mobilitasnya. Sehingga dilain waktu ada wabah, peredaran manusia bisa dilacak dg baik.

    Skr, tenaga medis aja banyak ketipu pasien. Karena mereka gak punya data itu.

    Kesehatan juga butuh ekonomi yang baik, harapannya semua bisa berjalan, lakukan porsinya masing2, baik pemerintah dan masyarakat. Termasuk saya sebagai masyarakat, jalankan porsinya dengan baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, setiap orang punya porsinya masing-masing. Ayok ambil porsi kita untuk melakukan bagian kita :).

      Hapus
  6. Mungkin itulah yang mempengaruhi keputusan pemerintah yak, sehingga keluarlah kebijakan new normal meskipun belum ada penurunan dari kasus yang positif.

    Ini keputusan berat, jika PSBB ini diteruskan bisa-bisa gak akan terlalu berdampak baik juga karena orang-orangnya banyak yang bandel, termasuk dengan mengutamakan ekonomi tapi melupakan kesehatan. Karena jumlah kasus terus bertambah, ekonomi juga makin terpuruk.

    Kasian yang udah mematuhi protokol kesehatan tapi mengorbankan ekonomi, perjuangan mereka itu gak akan ada hasil kalo masyarakatnya banyak yang tidak sejalan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intinya adalah kesatuan hati dan perasaan senasib. Yakin deh kalo ada itu semua pasti akan cepet membaik :).

      Hapus
  7. Bingung juga pilih kesehatan atau ekonomi karena keduanya penting, kalo badan sehat tapi perut lapar takutnya lihat ayam tetangga jadi khilaf.😂

    BalasHapus
  8. Sebenarnya bisa bersinergi kalau masyarakatnya patuh dan tidak banyak protes. Di Malaysia itu penanganannya cukup serius. Tapi masyarakatnya memang taat. Dibilang tidak boleh keluar rumah kalau tidak penting2 banget ya taat, tidak ada protes dengan dalih ini itu. Kalau di sini, apa yang dibilang pemerintah, salah semua. Meski kenyataannya perlu ada yang diperbaiki sih.

    Indonesia itu menurut saya penuh anomali. Giliran negara butuh dana untuk penanganan pandemi dinyinyirin, pas situasi normal, diminta taat bayar pajak alasannya panjang sekali. Kulturnya pengen liberal sebebas-bebasnya, tapi di satu sisi pengen sosialis, apa-apa dibayarin negara, kalau bisa gratis. Lha, ya masa begitu? 😁🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haduh, puyeng kakak. Intinya YaNg EnAk-EnAk AjA BoSsSsSsSs.

      Hapus
  9. dua duanya harus diutamakan si tapi jelas bakal sulit banget
    kemarin liat vlognya pa ganjar yang mau buka candi borobudur kok ribet banget ya hahahah
    tapi ya gimana ini enggak tau sampai kapan
    terus negara enggak bisa kasih uang kayak di negara lain
    kalo dikasih uang mah di rumah aja ya betah sambil yutuban hihi

    makanya yg penting bener-bener dijaga banget klo enggak penting ya enggak keluar. kalau warung sementara takeaway dulu deh. kalau pingin nongkrong buat aja tongkrongan di dalam rumah

    semoga cepat kelar nah ini corona

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyap, intinya kerjasama dari masyarakat. Semua pasti cepet selesai kok kalo ada kerjasama dari masyarakat.

      Amin, cepet-cepet kelar dah corona ini yak.

      Hapus
  10. Di dalam situasi seperti ini bingung juga mau pilih yang mana. Ya karena itu tadi, kalo misalkan dipilih salah satu harus ada yang dikorbankan salah satunya. Mungkin untuk sebagian orang yang memiliki tingkat perekonomian menengah ke atas, oke oke aja kalo misalkan pilih kesehatan. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah? Sering saya bertanya kepada salah satu dari mereka, bahwa mereka gak bisa tinggal dan di rumah aja. Karena keluarga butuh makan juga, katanya. Jadi mereka lebih memilih ekonomi.

    Sebenernya bisa bisa aja sih kayaknya dipaksain dua duanya, yang penting selalu taat kepada protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
    Gitu aja paling, Mike. Semoga Cepet game over nih Covid-19

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, masyarakat taat maka semua bisa cepet selesai. Gampang sebenernya.

      Amin, cepet selese deh Covid-19 ini. Indonesia bisa kok, ayo!

      Hapus
  11. Sebetulnya kedua hal itu penting, kesehatan dan ekonomi adalah 2 aspek utama dalam kehidupan. Kalau menurutku itu karena akses kesehatan nggak bisa jalan dengan baik kalau ekonominya drop. Tapiiii mestinya netijen dan masyarakat itu cerdas, nggak mentang-mentang bosan di rumah jadi keluyuran di jalan dan menganggap "new normal" adalah "normal" hmm


    Ohiyaa, mau komen sedikit mungkin kalau kata "diutama'in" nggak pakai koma atas hehehe nice sharing!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benerrr... jangan karena alasan bosen terus keluyuran..

      Oh begitu ya mba, saya soalnya mikirnya kan bacanya dipisah gitu, jadi "diutama-in" hehe. Terima kasih masukannya mbak :D.

      Hapus
  12. Harusnya bisa dua2nya. Susah kl suruh milih ekonomi atau kesehatan karena dua hal tersebut sangat penting dlm kehidupan. Tp balik lagi, kita sbg masyarakat bisa patuh dan taat dg aturan pemerintah nggak. Wkwkwk

    BalasHapus
  13. Saya pilih menjalaninya saja bang. Bukan memilih.

    Bagaimanapun keputusan sudah diambil oleh pemerintah, goalnya sudah ditentukan. Jadi, tinggal dijalani saja.

    Hahahaha...

    Bagi saya sih, dengan dilepaskannya PSBB, pemerintah sudah memnyerahkan keputusan mau mendahulukan yang mana kepada masyarakat. Mereka hanya memberikan sebuah batasan "samar" tentang bagaimana seharusnya, selebihnya ya terserah masyarakat saja.

    Kalau mau mengutamakan ekonomi, monggo, kalau mau kesehatan tidak masalah.

    Jadi, karena goal yang diberikan pemerintah sudah ada, maka tindakan saya sih, ja menjalani. Targetnya dua duanya harus tercapai. Keluarga saya tercukupi dan terus dalam keadaan sehat sampai vaksin keluar.

    Mengenai orang lain yang ceroboh, saya tidak bisa memaksa. Pemerintah saja tidak mau memaksa dan hanya mengingatkan secara sangaaattt lembut, jadi kenapa harus dibuat ruwet dan bikin jengkel diri sendiri melihat cerobohnya masyarakat dalam hal ini.

    Saya pikir tidak ada pilihan sama sekali sebenarnya.

    Hidup harus terus berjalan dan yang terpenting adalah bagaimana menemukan solusi bagi lingkaran kecil kehidupan kita.

    Solusi saya ya, lakukan protokol kesehatan dan tetap bekerja seperti biasa.

    Acuhkan saja segala slogan, jargon, dan segala teori mengenai kesehatan dan ekonomi. Justru bikin ruwet. Bagusan fokus pada berusaha yang terbaik, berjuang dengan segala kemampuan yang ada.

    Sudah saatnya lepas dari dikotomi dan perdebatan ekonomi dan kesehatan

    BalasHapus
  14. Yah, gimana ya? Saya sebagai rakyat biasa bingung juga ditanya gitu. Tapi menurut saya sih kesehatan harus diutamakan dulu. Gimana mau kerja kalau sakit. Intinya tetep mengikuti protokol kesehatan dan nggak egois. Kalau sama-sama mau patuh pasti bisa. Sayangnya masih banyak orang juga yang seenak udelnya dewe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Susah mbak kalo ndak dari kesadaran diri sendiri.

      Hapus
  15. Susah kalau sisueuh memilih antara kesehatan dan ekonomi. Mau nya dua-duanya selaras seimbang tapi mana mungkin..? Menurut aku kesehatan yang harus diutamakan dengan cara masyarakat harus patuh dan berdisiplin tinggi dalam.melaksanakan protokol keaehatan dari pemerintaah. Terus perekonomian bagaimana? Serahkan sama pemerintah . Kalau aku ikut mikir..wah pusiiing pala barbie..

    BalasHapus
    Balasan
    1. AHAHAHAHA, kita di sini sama-sama cari solusi kok biar masalah cepet selese, mbak. Ayok pusing bareng hehehehehe :D.

      Hapus
  16. Masih bingung, soalnya masih ikut arus..

    BalasHapus
  17. dua duanya penting, kesehatan warga se indonesia juga membawa pengaruh ke kehidupan sehari-hari mereka, biar lancar bekerja untuk menggerakkan ekonomi.
    dan pandemi ini efeknya bener bener dirasakan sampai ke warga dengan tingkat ekonomi rendah, banyak pegawai yang dirumahkan.
    inginnya kedua aspek ini bisa berjalan beriringan dan warga juga mentaati aturan yang dibuat pemerintah, dengan ketat menerapkan protokoler kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, supaya penyebarannya nggak makin meluas

    BalasHapus
  18. Kesehatan atau ekonomi? Sekarang semua negara berusaha berjalan di atas kawat tipis yang namanya keseimbangan kebijakan. Menurut saya, hanya negara yang memang tidak mengandalkan ekspor/impor dan investasi asing yang akan langgeng di situasi seperti ini. Misalnya, Korea Utara. Untuk Indonesia, hanya daerah yang memang swasembada pangan alias sangat terpencil yang akan tetap normal: dusun di ujung gunung yang nggak terima pendatang/wisatawan dan semua orang menanam untuk makanan sehari-hari. Atau juga desa petani yang masing-masing petani cuma ketemu pas lewat menuju sawah aja. Yang bermasalah adalah pusat perekonomian modern: pabrik, sentral kebijakan alias kota besar dengan perkantoran, dan pusat perdagangan alias pusat distribusi/pasar/mall. Ketiga tempat ini memerlukan pekerja yang hadir untuk jangka waktu tertentu dan dalam jumlah besar. Penyebaran penyakit paling cepat di sini. Untuk sementara sih, menurut saya, tetap ekonomi jalan duluan dan kesehatan menjadi tanggung jawab bersama dengan menaati protokol yang berlaku.

    Tapi untuk masa depannya, harus dipikirkan kalau akan ada pandemi lagi. Kalau mayoritas pekerja ini nantinya diganti robot atau bisa diganti sistem online, maka perekonomian selamat dan kesehatan selamat - tapi pekerja yang nggak punya pekerjaan harus sanggup bebenah dan kerjanya ikutan online. Nah, seberapa jauh pemerintah siap mendidik warga negara kita supaya nggak cuma bisa nonton youtube di hape, tapi juga membuat protokol pemrograman lewat hape? Seberapa mau warga negara kita belajar, nggak cuma bikin video tiktok di hape tapi juga belajar pemasaran via online? (Sementara banyak mahasiswa IT/komputer/sejenisnya yang saya tahu cuma sanggup jadi admin karena nggak jago pemrograman, nggak artistik kalau ngedesain, nggak detil dan lama logikanya waktu mengolah data, nggak jago menjalin koneksi profesional secara online buat marketing, dan malas belajar.)

    Jadi ini semua harus menjadi kerjasama semua orang. Jangan cuma tergantung pemerintah aja. Pandemi kayaknya tiap 10 tahun pasti akan ada, apalagi karena wisata sudah menjadi bisnis penting yang menggerakkan dunia juga. Kalau kita semua tidak berani kehilangan pekerjaan karena robot, kendaraan otomatis, dan sistem online, tapi juga tidak mau pindah ke kampung untuk mengurus sawah ladang, selamanya pandemi akan mengganggu perekonomian.

    BalasHapus

*Dengan ngasih komentar, artinya kamu setuju sama peraturan (TOS) blog ini loh ya :D.